Saudariku, Jangan Gunakan Lisanmu untuk Melaknat!

Hendaknya kita berhati-hati dalam masalah laknat. Bahkan kepada orang kafir sekalipun. Orang kafir yang masih hidup tidak boleh ditujukan laknat kepadanya secara personal. Hukumnya haram melaknat orang kafir secara personal yang masih hidup. Karena boleh jadi Allah merahmati dia, sehingga dia mendapatkan hidayah untuk masuk Islam.
Dari Ibnu Umar RA ia berkata, Nabi SAW bersabda: "Tidak boleh seorang mukmin menjadi orang yang suka melaknat." (HR Tirmizi No: 1942) Status: Hadits Hasan

Pengajaran:


1. Dalam menuturkan kata-kata mahupun yang diterjemahkan dalam bentuk tulisan perlu sentiasa berhati-hati.

2. Seorang mukmin hanya akan menuturkan mahupun menulis sesuatu yang benar dan baik.

3. Seorang mukmin tidak boleh mencaci mahupun menyumpah laknat ke atas orang lain.

4. Ucapan yang baik mahupun sesuatu yang ditulis tentang orang lain yang baik akan mengangkat darjatnya. Sebaliknya jika yang diucapkan atau ditulis itu berupa kemurkaan Allah, dia akan terjerumus ke neraka. Hadis Nabi SAW:

Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda: “Sungguh seorang hamba mengucapkan satu perkataan yang diridhai Allah, tanpa terdetik dalam benaknya (kemuliaan ucapan tersebut) maka Allah akan mengangkat darjatnya. Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu perkataan yang dimurkai Allah, tanpa terdetik dalam benaknya (bahaya ucapan tersebut) maka ia pun terjerumus kedalam neraka jahannam.” (HR. Bukhari No: 5997) Status: Sahih 
Semoga kita tidak memperkatakan atau menuturkan serta menulis, sesuatu yang buruk dan menghina serta melaknat orang lain.
Dalilnya adalah ketika Nabi shallallahu’alaihiwasallam mendoakan laknat untuk Abu Jahl, begitu juga orang-orang musyrik Quraisy lainnya, Allah ta’ala menegur beliau melalui firmanNya:
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
Tak ada sedikitpun campur tanganmu dalam urusan mereka itu atau Allah menerima taubat mereka, atau mengazab mereka karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang zalim” (QS. Ali imran:128).
Adapun untuk orang kafir yang sudah meninggal. Maka boleh bagi Anda untuk mendoakan laknat untuknya. Karena orang yang mati dalam keadaan kafir, maka dia sudah pasti mendapatkan laknat Allah ‘azza wa jalla.
Meskipun boleh, bagi seorang mukmin meninggalkannya lebih utama. Karena Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam bersabda,
لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلَا اللَّعَّانِ وَلَا الْفَاحِشِ وَلَا الْبَذِيءِ
Seorang mukmin bukanlah orang yang banyak mencela, bukan orang yang banyak melaknat, bukan pula orang yang keji (buruk akhlaqnya), dan bukan orang yang jorok omongannya” (HR. Tirmidzi, no. 1977; Ahmad, no. 3839 dan lain-lain)
Dan tanpa Anda laknat sekalipun, mereka telah divonis oleh Allah sebagai orang-orang terlaknat. Dan cukuplah ini bagi kita,
إِنَّ اللَّهَ لَعَنَ الْكَافِرِينَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيرًا
Sesungguhnya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka).
خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ لَا يَجِدُونَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيرًا
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; mereka tidak memperoleh seorang pelindungpun dan tidak (pula) seorang penolong (QS. Al-Ahzab: 64-65).
Bila melaknat secara personal orang kafir saja terlarang, maka melaknat seorang muslim tentu lebih terlarang lagi. Sungguh mengherankan bila seorang muslim begitu mudah mengucapan laknat kepada saudaranya. Padahal perkara laknat ini adalah perkara yang besar.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Siapa yang melaknat seorang Mukmin maka ia seperti membunuhnya ” (HR. Bukhari dalam Shahihnya 10/464).
Beliau juga bersabda: “Orang yang banyak melaknat tidak akan diberi syafaat dan syahadatnya tidak akan diterima pada Hari Kiamat” (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 2598 dari Abi Darda radhiallahu ‘anhu)
So… jadilah insan muslim yang santun dan lembut tutur katanya. Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah nabi yang penuh dengan kasih sayang. Beliau pernah bersabda,
إِنِّي لَمْ أُبْعَثْ لَعَّانًا وَإِنَّمَا بُعِثْتُ رَحْمَةً
Sesunguhnya aku tidak diutus sebagai tukang melaknat, sesungguhnya aku diutus hanya sebagai rahmat.”
____
(Faedah dari rekaman muhadhoroh Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah di masjid Nabawi)
Madinah An-Nabawiyyah,
Catatan, 5 Muharram 1436
Penulis: Ahmad Anshori
Artikel Muslim.Or.Id

Komentar